Rabu, 13 April 2011

Social Emotional Approach Sebagai Marketing PR Melalui Tradisi Panen Raya

Dibalik pertumbuhan gaya hidup anak negeri yang mulai tidak mau ketinggalan zaman dengan negara maju yang semakin meningkat, memikat dan mengundang hasrat dengan berbagai saluran yang mereka transformasikan melalui kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya industri yang bernafaskan leisuristic (menjadikan orang menjadi malas), egosentric (menjadi egois), dan bahkan hedonistic (kemewahan), ternyata masih ada sebagian masyarakat yang masih berorientasi pada kehidupan alterntif yaitu kehidupan yang memurnikan kembali tradisi-tradisi yang sudah entah kemana rimbanya atau istilah lainnya yaitu go green.

Kemeriahan panen raya dulunya dimeriahkan dengan berbagai tradisi yang berbeda disetiap daerah. Seperti tradisi “Wiwit Manten” di Demak, ritual dimulai dengan menyiapkan berbagai sesaji, berupa makanan tradisional ke area persawahan. Dipimpin oleh seorang tokoh adat setempat kemudian para petani berdoa dengan khusuk. Dalam tradisi ini, tanaman padi yang sudah layak dipanen kemudian dipotong dan diikat bersama bunga. Padi inilah yang dinamakan sebagai manten atau pengantin, untuk selanjutnya disimpan dalam lumbung, sebagai bahan makanan, dan sebagian lainnya sebagai benih pada musim tanam berikutnya.

Tradisi panen raya lain yaitu Ngalungi” yang ada di Blora. Tradisi ini diikuti ratusan petani dengan membawa sapi mereka ketempat perayaan panen raya. Hal ini dilakukan Sebagai wujud rasa syukur petani khususnya pemilik ternak untuk menghormati keberadaan sapi yang telah berjasa membantu petani mengolah lahan pertanian, khususnya dalam membajak sawah dan memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk. tradisi Ngalungi dilakukan dengan mborehi atau mengusap sapi dengan bunga. Dilanjutkan tradisi Ngalungi di rumah dengan membagi-bagikan makanan seperti kupat serta lepet kepada tetangga. Di Bojonegoro, juga ada tradisi sedekah bumi dalam merayakan panen raya.

Panen raya sebuah tradisi yang semakin terpinggirkan dan tidak teridentifikasi bagi kaum muda mudi perkotaan yang tak mengenal sawah dan ladang pertaniannya bahkan bagi kembang dan kumbang desa yang semakin melirik urban area sebagai tempat mendulang emas, masih bisa kita tengok dibeberapa daerah. 

Peluang pemurnian tradisi seperti panen rayapun harus ditangkap perusahaan sebagai sebuah peluang emas dalam merangkul customernya dengan cekatan melalui strategi komunikasi pemasaran yang disebut Marketing Public Relationship (MPR). Strategi tersebut merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan kepuasan customer melalui komunikasi informasi yang berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan kepentingan bagi para konsumennya.

MPR menjadi sebuah strategi yang sangat inovatif bagi sebuah industri dalam mempertahankan customer atau menarik customer baru jika perusahaan mampu memahami benar karakteristik customernya. Sebagai contoh PT Petrokimia Gresik, produsen pupuk yang memiliki target audience berdemografis pedesaan mampu melakukan startegi MPR dengan membuat jembatan “social emotional” dan “ profitability” di daerah-daerah dengan mendukung penuh acara panen raya di daerah-daerah, seperti di Bojonegoro,  Magetan dan kota-kota lainnya.
 
Social emotional yang harus kita sadari adalah bahwa panen raya sebagai sebuah hajatan besar bagi warga desa, maka secara langsung melalui acara-acara seperti itu kita harus mampu mendekat dengan mereka agar bonding diantara perusahaan dengan petani semakin tercipta. Pendekatan emosional tersebut bisa kita lakukan dengan cara melakukan pendanaan penuh terhadap acara-acara yang mereka selenggarakan dimana melalui strategi itu profitability dengan mudah akan kita raih.

Selain itu secara tidak langsung mulut petani akan mampu menjadi corong direct selling yang tidak usah kita bayar. Dan jika kita tilik secara kuantitas, jumlah mereka sangat besar, bahkan lebih dekat dengan petani-petani lain yang belum mengunakan produk perusahaan dan belum terjangkau pihak marketing perusahaan. 

Sehingga memahami karakteristik customer adalah titik panas yang paling menentukan, dimana ketika kita sudah temukan titik tersebut, kita bisa mendekatinya dengan emosi yang dibungkus dengan apik dan detil melalui marketing PR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar